PERBEDAAN DIATONIS-PENTATONIS MASIH JADI KENDALA CAMPURSARI
Yogya , Bernas
Pada hakikatnya , musik campursari memiliki 2 kedala . Pertama , perbedaan antara prinsip instrumentasi akustik , alami atau natur dengan instrumentasi yang menggunakan mesin atau elektrofon . Kedua , tangga nada atau laras yang berbeda , yakni gamelan Jawa tidak memiliki standar tuning sedangkan musik Barat sudah memiliki standar tuning . Kedua perbedaan ini harus dipadukan .
Staf Pengajar Jurusan Seni Karawitan , FSP ISI Yogyakarta , Drs Agus Suseno Mhum , mengemukakan hal itu pada Sarasehan Musik Campursari yang diselenggarkan oleh Taman Budaya Yogyakarta ( TBY ) di Gedung Purnabudaya Yogyakarta ,Senin ( 22/2 ) . Selain Agus Suseno , musisi campursari Manthous juga tampil sebagai pembicara .
Menurut Agus , perbedaan prinsip itu merupakan pekerjaan rumah atau PR yang harus dicari solusinya . Dengan keberhasilan memadukan kedua perbedaan itu , niscaya akan didapat sajian musik campursari yang tidak menyakitkan telinga , atau yang terhindar dari crash music .
"Jika dua permasalahn tersebut sudah memperoleh solusinya , sudah barang tentu pengembangan musik campursari yang masih beragam ansambel dan aransemennya , kelak akan menjadi kebanggaan kita , " ujarnya .
Menurut Agus , aransemen musik campursari merupakan perpaduan antara aransemen musik keroncong , msuik Barat , dan aransemen gamelan Jawa . Walaupun pada mulanya aransemen musik keroncong dan gamelan Jawa lebih mewarnainya , tetapi belakangan ini dikembangkan pula aransemen musik dangdut , musik pop , bahkan dari unsur musik-musik etnis lain seperti karawitan Banyumasan dan Bali .
Instrumen gamelan Jawa yang digunakan dalam campursari , lanjutnya , antara lain kendang yang berfungsi sebagai pengatur irama . Pola kendangan yang digunakan pada dasarnya mempunyai pola kendangan ciblon . Namun , ada pula yang mengembangkannya dengan pola kendangan Sunda dan Banyumasan dan Bali .
Aransemen yang sangat kuat dan menonjol dalam campursari adalah aransemen yang dimainkan oleh kibor . Kehadiran teknologi pada alat ini dianggap sangat efektif dan efisien dalam membnagun komposisi musikalnya .
Perjalanan hidup
Sedangkan Manthous mengatakan, berbicara musik campursari berarti juga membicarakan perjalanan hidupnya. Campursari sebenarnya adalah orkes keroncong plus gender dan siter untuk mengiringi lagu-lagu langgam Jawa. Namun, dalam perkembangan saat ini, campursari ditambah dengan kibor dan bas.
" Musik campursari sebenarnya pernah ada pada pertengahan tahun 1960-1970-an, tapi saat itu yang lebih populer adalah keroncong dan lagu langgam jawa, sehingga gaungnya kurang dapat terdengar. Sebenarnya, pernah pula pada tahun 1968 dibuat album campursari oleh almarhum S. Dharmanto, tapi tak bisa menembus pasaran karena kalah populer dari Waljinah," katanya.
Mulai tahun 1970 hingga pertengahan 1985, lanjutnya, ia lebih banyak menciptakan lagu-lagu pop Jawa, pop keroncong, dan pop Melayu. Lagu-lagu itu dibawakan antara lain oleh Emilia Contessa, Deasy Arisandy, Ratih Dewi, dan Wiwik Sumbogo. Dalam mencipta lagu Jawa pertama kali, ia lebih banyak berkiblat kepada almarhum Ki Narto Sabdo.
Manthous pun kemudian mulai melirik artis non Jawa seperti Nur Afni Octavia untuk membawakan lagu ciptaannya seperti Gethuk, Nginang Karo Ngilo, dan Tahu Apa Tempe. Menyusul Titiek Sandora dengan Kripik Apa Mendoan dan Arie Wibowo dengan lagunya Satu Legi.Mulai tahun 1993 , Manthous kembali menciptakan lagu Kangen yang dibawakan oleh Evie Tamala yang cukup sukses di pasaran. Sedang lagu ciptaan lainnya adalah Kanca Tani, Gaplek Apa Thiwul, Utak-utak Ugel, Aja Gawe-Gawe,dan Yogya Priangan.
Dengan berbekal lagu-lagu itu, kata Manthous, ia dengan campursarinya mulai membenahi setelah 20 tahun tenggelam. Campursari sekarang memakai gender , saron , siter, kibor,bas,kendang jawa untuk mengganti cello, kendang Jaipong, ditambah gong. Dari situlah ia mulai merekam beradasarkan pengalamannya pada tata rekam untuk akustik. " Tata suara, saya atur sendiri mulai dari tata mikrofon sampai peralatan yang sangat rumit," ungkapnya.
Menurut Manthous , format campursari diilhami lagu-lagu langgam Jawa jenis ketawang. Campursari juga bias untuk membawakan irama dangdut. Namun, perlu ditekankan hanya iramanya, bukan seperti layaknya lagu dangdut seperti yang sering didengarkan. " Musisi dan pengrawit campursari dituntut kreatifitasnya untuk bias mencari lagu , tapi harus melihat instrumennya kalau gamelan masuk otomatis kibor juga ikut. Syukur-syukur bisa mencipta sendiri,".
Manthous menekankan, meskipun bentuknya iseng, namun jika bener dan pener , cmpursari akan lebih punya nilai tambah buat perbendaharaan seni budaya. Dalam memadukan unsure-unsur pentatonic dan diatonic,harus diingat gabungan kedua sari-sari itu, tidak asal menggabung atau mencampur.
Pertanyaan :
1. Musik apa saja yang membentuk music campursari ?
Jawaban :
Bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populerdari lagu-lagu Didi Kempot) . Serta juga keroncong dengan music Barat .
Pertanyaan :
2. Apa beda musik campursari dulu dan sekarang ?
Jawaban :
Dahulunya campursari adalah aransemen musik keroncong dan gamelan Jawa , yang lebih bersifat lagu-lagu kedaerahan , tetapi sekarang ini sudah dikolaborasikan dengan jenis music leain yang modern seperti Musik pop sehingga di kenal dengan pop campursari ataupun dikolaborasikan dengan music dangdut yang dikenal dengan musik campursari dangdut ( camdut).
Pertanyaan :
3. Mengapa music campursari sekarang bisa lebih terkenal di masyarakat ?
Jawaban :
Karena dengan adanya inisiatif untuk mengaransemen dan mengkolaborasikan campursari dengan jenis music-musik yang popular dan digemari sekarang . Dengan mengkolaborasikannya ( Cmpursari dengan lagu pop ) , seperti kita ketahui bahwa sekarang jenis music yang paling banyak digemari adalah jenis music pop . Sehingga permainan music campursari disini dapat dikenal dan terkenal diseluruh lapisan masyarakat .
Pertanyaan :
4. Apa pengaruh music non tradisional pada music campursari
Jawaban :
Pengaruh positif : Dengan adanya music-musik non tradisional dan juga campursari bisa diaransemen dengan music tersebut sehingga lebih mempermudah music campursari untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat
Pengaruh negative : Dengan masuknya music non tradisional yang memiliki penggemar yang banyak , sehingga bisa mengurangi ketenaran campursari jika tidak dikolaborasikan .
Pertanyaan :
5. Mengapa masalah perbedaan jenis tangga nada bisa menjadi masalah bagi suatu music ?
Jawaban :
Tentu saja karena antara tangga nada pentatonic dan diatonic itu menggunakan system nada yang berbeda-beda , pentatonic hanya dengan lima nada , dan diatonic dengan tujuh nada . Jika memang tidak mahir dalam menggabungkan dua jenis tangga nada ini bisa menyebabkan musiknya menyakitkan telinga ( crash music ) . Tetapi jika berhasil dalam menggabungkannya maka akan didapat jenis music yang enak didengar .
Pertanyaan :
6. Bagaimana mungkin campursari bisa memperkaya khasanah seni budaya Indonesia di masa depan ?
Jawabn :
Bisa saja terjadi , jika para composer menggabungkan jenis music yang ada diindonesia sehinggga berbagai macam warna , karya , cipta dan bunyi yang berhasil diciptakan dari pengkolaborasian jenis music-musik tersebut . Sehingga di Indonesia memiliki jenis-jenis music yang beragam- ragam , mulai dari yang tradisional , semi tradisional maupun nontradisional .