Kamis, 16 Juni 2011

 


MUSIK GAMBUS BERUMUR 400 TAHUN AKAN MEMBUKA FESTIVAL JAKARTA

MUSIK GAMBUS BERUMUR 400 TAHUN AKAN MEMBUKA FESTIVAL JAKARTA

            Jakarta,Kompas-Senin (16/6) malam mendatang , Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) akan mengawali Jakarta Anniversary Festival 2003 dengan penampilan Musik Gambus Al Mahran pimpinan Bawazir Bersaudara (Oemar Salim Bawazir dan Abdullah Salim Bawazir).
Pergelaran eksotik yang diperkuat oleh musisi Bobby Hisyam Baraj,Jamal Hedra, Lukman Alatas , LIa Oemar,Emil Oemar,bintang tamu Munif Bahaswan, dan diperkuat pemain kibor muda Salim Abdullah .
            GKJ sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Badan Pengelolanya Drs.H. Ndang Supriatna,Kamis (12/6), memang secara sengaja ingin member perhatian pada kesenian yang sebenarnya memiliki penggemar tetapi masih luput dari perhatian masyarakat.
            Gambus, menurut pengamat music dan penyanyi Munis Bahaswan memang berasal dri- dan sejauh ini masih banyak diasosiasikan dengan-Arab. Namun, kata itu sendiri sulit dipastikan dari mana asalnya . Di kawasan Arab sendiri music yang sama dikenal dengan nama oud.
            Musik berumur 400 tahun ini sempat merambah dan meinggalkan pengaruh di Eropa dalam music Spanyol dan gipsi,tapi berikutnya sebagai kesenian Arab juga meninggalkan jejak dalam kesenian etnik Indonesia .
            Menurut Munif ,penyebarluasannya sejauh ini masih terbatas Karena selain para artisnya masih cenderung tradisional,persepsi yang banyak hidup di masyarakat adalah gambus merupakan seni agama. Padahal,tidak sedikit liriknya yang berkisah tentang pembelaan Negara atau percintaan.
            Sejumlah kalangan juga menilai gambus cenderung monoton secara irama . " Tetapi,mereka memang lebih menikmati lirik daripada melodinya," tambah Munif.
            Penonton yang hadir pada pergelaran tanggal 16 Juni nanti akan dapat menikmati music ini dalam rentak dinamik alat music perkusi dipadu dengan petikan gambus yang disertai goyangan kaki dalam irama riang .
            Selain memainkan antara lain disko padang pasir disertai tarian Timur Tengah,kelompok Al Mahran – bahasa Arab untuk "Mahir" – akan memainkan pula lagu yang umurnya diperkirakan lebih dari 400 tahun . Lagu berjudul Pagelaran Musik Andalusia yang terjemahan bebasnya dibuat Munif berkisah tentang zaman kedamaian di Andalausia dan kaumnya yang berasal dari lembah indah.(nin)

Pertanyaan      :
1.      Mengapa persebaran music gambus terbatas ?
Jawaban          :
            Karena music gambus lebih banyak dipersepsikan oleh masyarakat sebagai music yang bernafaskan/bersuasana Islam , serta artisnya yang masih sebagian besar tradisional , serta irama music gambus ini yang dinilai monoton , sehingga masyarakat hanya menikmati liriknya saja , sedangkan kita tahu komposisi music yang baik itu bias menyatukan irama,harmoni , dan melodi . Sehingga pada music gambus ini ada ketimpangan pada tidak sesuainya melodi
Pertanyaan      :
2.      Menurutmu,unsure budaya mana saja yang mempengaruhi music gambus ? Apa cirri yang membedakannya dari jenis music lain
Jawaban          :
            Menurut saya , kan kita mengetahui music gambus itu lebih dipersepsikan pada music islam  . Memang juga sebagian besar dari music gambus ini bertema/berjudul tentang Islam , sehingga berdasarkan itu saya merasa bahwa music gambus ini berasal dari Arab ,dan merupakan percampuran music diantara Timur Tengah . Salah satu yang membedakan music gambus dengan music lain ialah music gambus ini menggunakan alat music seperti gitar yang dipanggil gambus . Gambus memiliki bunyi yang unik , seperti mendekati bunyi bas tetapi jauh dari bunyi gitar . Bunyi inilah yang bias membedakannya dengan music lain .
Pertanyaan      :
3.      Setujukah kamu jika dikatakan music gambus memiliki penggemar tapi masih luput dari perhatian masyarakat ? Mengapa ?
Jawaban          :
            Setuju , karena bisa dinilai jika diadakan pertunjukan music gambus pada suatu daerah pasti penontonnya hanya sedikit dan itupun merupakan golongan orang yang sudah tua menikmatinya . Kemana remaja / anak mudanya ? , Jawabannya ialah mereka lebih baik mendengarkan lagu di handphone dari pada menikmati pertunjukan , mereka menilai iramanya monoton . Kesimpulannya memang benar music gambus memiliki penggemar tapi tidak sebarapa .

PERBEDAAN DIATONIS-PENTATONIS MASIH JADI KENDALA CAMPURSARI


PERBEDAAN DIATONIS-PENTATONIS MASIH JADI KENDALA CAMPURSARI
Yogya , Bernas
Pada hakikatnya , musik campursari memiliki 2 kedala . Pertama , perbedaan antara prinsip instrumentasi akustik , alami atau natur dengan instrumentasi yang menggunakan mesin atau elektrofon . Kedua , tangga nada atau laras yang berbeda , yakni gamelan Jawa tidak memiliki standar tuning sedangkan musik Barat sudah memiliki standar tuning . Kedua perbedaan ini harus dipadukan .
Staf Pengajar Jurusan Seni Karawitan , FSP ISI Yogyakarta , Drs Agus Suseno Mhum , mengemukakan hal itu pada Sarasehan Musik Campursari yang diselenggarkan oleh Taman Budaya Yogyakarta ( TBY ) di Gedung Purnabudaya Yogyakarta ,Senin ( 22/2 ) . Selain Agus Suseno , musisi campursari Manthous juga tampil sebagai pembicara .
Menurut Agus , perbedaan prinsip itu merupakan pekerjaan rumah atau PR yang harus dicari solusinya . Dengan keberhasilan memadukan kedua perbedaan itu , niscaya akan didapat sajian musik campursari yang tidak menyakitkan telinga , atau yang terhindar dari crash music .
"Jika dua permasalahn tersebut sudah memperoleh solusinya , sudah barang tentu pengembangan musik campursari yang masih beragam ansambel dan aransemennya , kelak akan menjadi kebanggaan kita , " ujarnya .
Menurut Agus , aransemen musik campursari merupakan perpaduan antara aransemen musik keroncong , msuik Barat , dan aransemen gamelan Jawa . Walaupun pada mulanya aransemen musik keroncong dan gamelan Jawa lebih mewarnainya , tetapi belakangan ini dikembangkan pula aransemen musik dangdut , musik pop , bahkan dari unsur musik-musik etnis lain seperti karawitan Banyumasan dan Bali .
Instrumen gamelan Jawa yang digunakan dalam campursari , lanjutnya , antara lain kendang yang berfungsi sebagai pengatur irama . Pola kendangan yang digunakan pada dasarnya mempunyai pola kendangan ciblon . Namun , ada pula yang mengembangkannya dengan pola kendangan Sunda dan Banyumasan dan Bali .
Aransemen yang sangat kuat dan menonjol dalam campursari adalah aransemen yang dimainkan oleh kibor . Kehadiran teknologi pada alat ini dianggap sangat efektif dan efisien dalam membnagun komposisi musikalnya .
Perjalanan hidup
Sedangkan Manthous mengatakan, berbicara musik campursari berarti juga membicarakan perjalanan hidupnya. Campursari sebenarnya adalah orkes keroncong plus gender dan siter untuk mengiringi lagu-lagu langgam Jawa. Namun, dalam perkembangan saat ini, campursari ditambah dengan kibor dan bas.
" Musik campursari sebenarnya pernah ada pada pertengahan tahun 1960-1970-an, tapi saat itu yang lebih populer adalah keroncong dan lagu langgam jawa, sehingga gaungnya kurang dapat terdengar. Sebenarnya, pernah pula pada tahun 1968 dibuat album campursari oleh almarhum S. Dharmanto, tapi tak bisa menembus pasaran karena kalah populer dari Waljinah," katanya.
Mulai tahun 1970 hingga pertengahan 1985, lanjutnya, ia lebih banyak menciptakan lagu-lagu pop Jawa, pop keroncong, dan pop Melayu. Lagu-lagu itu dibawakan antara lain oleh Emilia Contessa, Deasy Arisandy, Ratih Dewi, dan Wiwik Sumbogo. Dalam mencipta lagu Jawa pertama kali, ia lebih banyak berkiblat kepada almarhum Ki Narto Sabdo.
Manthous pun kemudian mulai melirik artis non Jawa seperti Nur Afni Octavia untuk membawakan lagu ciptaannya seperti Gethuk, Nginang Karo Ngilo, dan Tahu Apa Tempe. Menyusul Titiek Sandora dengan Kripik Apa Mendoan dan Arie Wibowo dengan lagunya Satu Legi.Mulai tahun 1993 , Manthous kembali menciptakan lagu Kangen yang dibawakan oleh Evie Tamala yang cukup sukses di pasaran. Sedang lagu ciptaan lainnya adalah Kanca Tani, Gaplek Apa Thiwul, Utak-utak Ugel, Aja Gawe-Gawe,dan Yogya Priangan.
Dengan berbekal lagu-lagu itu, kata Manthous, ia dengan campursarinya mulai membenahi setelah 20 tahun tenggelam. Campursari sekarang memakai gender , saron , siter, kibor,bas,kendang jawa untuk mengganti cello, kendang Jaipong, ditambah gong. Dari situlah ia mulai merekam beradasarkan pengalamannya pada tata rekam untuk akustik. " Tata suara, saya atur sendiri mulai dari tata mikrofon sampai peralatan yang sangat rumit," ungkapnya.
Menurut Manthous , format campursari diilhami lagu-lagu langgam Jawa jenis ketawang. Campursari juga bias untuk membawakan irama dangdut. Namun, perlu ditekankan hanya iramanya, bukan seperti layaknya lagu dangdut seperti yang sering didengarkan. " Musisi dan pengrawit campursari dituntut kreatifitasnya untuk bias mencari lagu , tapi harus melihat instrumennya kalau gamelan masuk otomatis kibor juga ikut. Syukur-syukur bisa mencipta sendiri,".
Manthous menekankan, meskipun bentuknya iseng, namun jika bener dan pener , cmpursari akan lebih punya nilai tambah buat perbendaharaan seni budaya. Dalam memadukan unsure-unsur pentatonic dan diatonic,harus diingat gabungan kedua sari-sari itu, tidak asal menggabung atau mencampur.
Pertanyaan :
1. Musik apa saja yang membentuk music campursari ?
Jawaban :
Bentuk-bentuk campursari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, serta campuran keroncong dan dangdut (congdut, populerdari lagu-lagu Didi Kempot) . Serta juga keroncong dengan music Barat .
Pertanyaan :
2. Apa beda musik campursari dulu dan sekarang ?
Jawaban :
Dahulunya campursari adalah aransemen musik keroncong dan gamelan Jawa , yang lebih bersifat lagu-lagu kedaerahan , tetapi sekarang ini sudah dikolaborasikan dengan jenis music leain yang modern seperti Musik pop sehingga di kenal dengan pop campursari ataupun dikolaborasikan dengan music dangdut yang dikenal dengan musik campursari dangdut ( camdut).
Pertanyaan :
3. Mengapa music campursari sekarang bisa lebih terkenal di masyarakat ?
Jawaban :
Karena dengan adanya inisiatif untuk mengaransemen dan mengkolaborasikan campursari dengan jenis music-musik yang popular dan digemari sekarang . Dengan mengkolaborasikannya ( Cmpursari dengan lagu pop ) , seperti kita ketahui bahwa sekarang jenis music yang paling banyak digemari adalah jenis music pop . Sehingga permainan music campursari disini dapat dikenal dan terkenal diseluruh lapisan masyarakat .
Pertanyaan :
4. Apa pengaruh music non tradisional pada music campursari
Jawaban :
Pengaruh positif : Dengan adanya music-musik non tradisional dan juga campursari bisa diaransemen dengan music tersebut sehingga lebih mempermudah music campursari untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat
Pengaruh negative : Dengan masuknya music non tradisional yang memiliki penggemar yang banyak , sehingga bisa mengurangi ketenaran campursari jika tidak dikolaborasikan .
Pertanyaan :
5. Mengapa masalah perbedaan jenis tangga nada bisa menjadi masalah bagi suatu music ?
Jawaban :
Tentu saja karena antara tangga nada pentatonic dan diatonic itu menggunakan system nada yang berbeda-beda , pentatonic hanya dengan lima nada , dan diatonic dengan tujuh nada . Jika memang tidak mahir dalam menggabungkan dua jenis tangga nada ini bisa menyebabkan musiknya menyakitkan telinga ( crash music ) . Tetapi jika berhasil dalam menggabungkannya maka akan didapat jenis music yang enak didengar .
Pertanyaan :
6. Bagaimana mungkin campursari bisa memperkaya khasanah seni budaya Indonesia di masa depan ?
Jawabn :
Bisa saja terjadi , jika para composer menggabungkan jenis music yang ada diindonesia sehinggga berbagai macam warna , karya , cipta dan bunyi yang berhasil diciptakan dari pengkolaborasian jenis music-musik tersebut . Sehingga di Indonesia memiliki jenis-jenis music yang beragam- ragam , mulai dari yang tradisional , semi tradisional maupun nontradisional .

INDONESIA DALAM DENTING SASANDO


INDONESIA DALAM DENTING SASANDO
         


Sasando , alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Rote , Nusa Tenggara Timur, bisa dikatakan hampir tenggelam di tengah lalu lintas musik industri saat ini . Instrumen petik yang menjadi salah satu kekayaan bunyi yang penting di Nusantara itu nyaris tak didengar oleh khalayak di negeri sendiri .
          Sasando dari sisi bahan memang terkesan sederhana . Sasando tradisional menggunakan sembilan dawai yang terpasang pada tabung bambu . Itulah mengapa ia digolongkan jenis tube – zither/ siter tabung . Sebagai resonator , digunakan daun lontar muda yang ditangkupkan sehingga membentuk rongga setengah lingkaran . Alat itu dimainkan dengan cara dipangku dan dipetik dengan jari – jari kedua tangan .
          Dalam khazanah bunyi di Nusantara , sasando termasuk instrumen unik . Instrumen dengan sistem tangga nada heksatonik atau enam nada ini mempunyai gaya melodi yang terdengar lain dibandingkan dengan musik lain di Indonesia .
          "Melodinya menggunakan gaya menurun ke bawah , descending movement , yang mengingatkan pada gaya Afrika . Ini unik untuk Indonesia . Perlu didengar dan diapresiasi," kata etnomusikolog Rizaldi Siagian tentang sasando dan komposisi tradisional .
          Siter tabung serupa sasando dijumpai di Asia Tenggara , seperti Filipina,Vietnam, dan Malaysia – negara – negara yang banyak menghasilkan bambu . Sejumlah tempat di Indonesia juga mengenal alat musik petik serupa sasando . Di Mandailing dikenal gondang bulu , sedangkan di Karo terdapat keteng-keteng .
          " Perbedaannya dengan sasando, gondang bulu dan keteng-keteng berfungsi ritmik , bukan melodik ," kata Rizaldi .
          Dalam tata pergaulan internasional di masa lalu, sasando bahkan pernah berpengaruh sampai ke Madagaskar . Negeri itu juga mengenal alat musik petik serupa sasando yang disebut valiha yang dijadikan alat musik nasional Madagaskar .
***
          Sasando menjadi bagian dari hidup keseharian Hendrik Pah (59), seniman sekaligus pembuat sasando asal Rote yang kini tinggal di Kupang, Nusa Tenggara Timur ( NTT ). Bersama rekannya, Nane Messakh, Hendrik akan memainkan sasando dalam pergelaran Megalitikum-Kuantum yang digelar untuk memperingati 40 tahun harian kompas .
          Hendrik tinggal jauh dari hiruk-pikuk kota besar , di Desa Oebelo , Kecamatan Kupang Tengah, NTT. Rumah berlantai tanah itu berdinding pelepah daun londar . Atap rumah terbuat dari daun pohon lontar . Bahan dasar rumah itu tak jauh beda dengan bahan dasar alat musik sasando yang menggunakan daun lontar sebagai pembentuk rongga resonator. Di halaman belakang rumah terdapat peranti untuk membuat sasando. Hendrik menggunakan teknologi bersahaja untuk membubut kayu yang digunakan sebagai penambat tali sasando. Dari kehidupan yang serba sederhana itulah hendrik membuat dan memainkan sasando yang secara turun-temurun diajarkan leluhurnya di kampung halaman di Pulau Rote. Keluarga besar Pah memang termasuk keturunan seniman sasando yang cukup dikenal di NTT,terutama di sekitar Kupang. Ia bermain dari desa ke desa memenuhi panggilan orang yang mengadakan upacara,mulai dari kelahiran,perkawinan,sampai kematian.
          Hendrik seperti menyanyikan kehidupan dengan sasando dan lagunya. Siklus hidup manusia, mulai dari lahir, kawin,sampai mati itu tadi ia rayakan dengan sasando dan syair. Suatu malam di Kupang, Hendrik dan Nane berduet memainkan sasando sambil melantunkan syair-syair tentang kehidupan,tentang kematian. Bagi yang telanjur terpola dengan tata bunyi musik pop, nyanyian sasando Hendrik dan kawan-kawan itu mungkin akan terdengar aneh, tapi itulah sepotong wajah Indonesia, yang terlupakan.
          Sasando dalam perkembangannya harus berhadapan dengan perubahan zaman. Di masa lalu ei atau dawai sasando terbuat dari sayatan kulit bambu. Ada pula yang membuat dawai dari daun gewang. Zaman telah berganti dan serat-serat kawat kopling sepeda motorpun dijadikan tali sasando. Ada pula yang memilih menggunakan dawai gitar.
          Sasando juga diajak untuk masuk dalam wilayah kultur pop. Zakarias Ndaong(27),pemilik kios kecil Dalek Esa,di Jalan Timor,Oesapa,Kupang,dengan terampil membawakan lagu-lagu pop seperti " I Have a Dream" dari ABBA yang belakangan dipopulerkan oleh boyband Westlife. Zakarias tampak bangga memainkan sasando lipat itu di depan para tamu yang mengunjungi kiosnya. Ia juga memainkan lagu " Chiquitita", "Mother How Are You Today", dan "Kokoronotomo". Rupanya,sasando juga mengikuti perkembangan musik pop. Setidaknya,Zakarias juga siap memainkan lagu Sheila on 7 sampai lagu Peterpan " Ada Apa Denganmu" yang tengah populer.
          Agar dapat digunakan untuk memainkan " I Have a Dream " , " Kokoronotomo" , atau " Ada Apa Denganmu" itu, maka sasando harus distem dengan titi nada diatonis. Menurut Zakarias, yang paling banyak dibeli orang adalah sasando diatonis. Agar bisa bersaing dengan gemuruh zaman, sasando pun dibuat bersi elektronis yang dilengkapi dengan perangkat spool layaknya gitar listrik.  Untuk versi elektrik itu, sasando telah menanggalkan resonator lontarnya.
          Demi kepraktisannya, muncullah kemudian sasando lipat. Tangkupan daun lontar pada sasando bisa dilipat seperti bilah-bilah kipas yang bisa ditutup rapi. Begitulah sasando disesuaikan dengan gaya hidup kaum urban yang serba praktis yang menciptakan segala sesuatu serba portable , gampang dijinjing dan tidak memakan tempat. Sasando yang berubah boleh jadi menjadi pantulan wajah bangsa yang berubah. Semoga dentingnya masih sempat didengar oleh bangsa yang seperti sedang belajar mengingat kembali wajah sendiri ini .        
                             Disadur dari : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/05/utama/1793735.htm



Pertanyaan    :
1.    Bagaimana perkembangan alat musik sasando di tengah gemuruhnya serbuan musik Barat ?
Jawaban        :
Setelah membaca artikel diatas, memang alat musik sasando ini tidak terdengar didaerah sendiri, maksudnya karena perkembangan zaman yang menggunakan alat musik yang serba elektronik menuntut alat musik sasando ini harus menjadi alat musik yang terlupakan.  Apalagi harus menghadapi datang masuknya musik-musik Barat yang memiliki banyak penggemar dan penikmatnya dibanding dengan sasando.
          Hanya sedikit orang yang tetap mau untuk mempertahankan alat musik sasando ini , tetapi ada beberapa orang-orang yang telah mengkreasikan alat musik sasando dengan musik barat , contohnya dengan lagu-lagu pop yaitu " I Have a Dream". Dengan cara ini , alat musik sasando bisa terkenal , apalagi musik ini memiliki bunyi yang unik dengan dentingannya .

Pertanyaan    :
2.    Bagaimana pendapatmu tentang " Inovasi " terhadap sasando ?
Jawaban        :
          Bagus , karena denganadanya inovasi pada alat musik Sasando seperti adanya versi elektrik dan bisa di steam dengan titi nada diatonis , maka semakin banyak orang yang menyukainya , tetapi disamping itu saya kurang setuju dengan inovasi yang harus meninggalkan resonator pada sasando , sebab dengan resonator itu merupakan ciri sasando ini .
Pertanyaan    :
3.    "Denting sasando nyaris tak terdengar oleh khalayak di negeri sendiri". Menurutmu, benarkah hal ini danmengapa penulis artikel berpendapat demikian ?
Jawaban        :
Pendapat ini benar dan saya juga setuju , karena dapat diketahui bahwa alat musik sasando ini hanya dikenal oleh sebagian kecil masyarakat NTT . Sedangkan di negeri asalnya , alat musik sasando ini hanya dikenal sedikit orang apalagi dengan daerah lain selain NTT . Tentulah mereka tidak mengenal sasando.

0 komentar:

Posting Komentar

semoga Blog Kami Bermanfaat Bagi Anda

Follower

Template by:

Free Blog Templates